Mendengar nama Ir. Joko Widodo atau yang lebih akrab disapa
Jokowi, kita pasti ingat dengan seorang
pemimpin yang memiliki gaya yang khas
suka blusukan. Beliau adalah presiden ke-7 Indonesia yang terpilih bersama
wakil presiden Muhammad jusuf kalla dalam pemilu presiden tahun 2014. Sebelum itu ia pernah menjabat sebagai
gubernur DKI Jakarta dan juga walikota dari kota Solo. Ketika menjabat sebagai
walikota Solo pada tahun 2005 sampai 2010, beliau dikenal sebagai orang yang
memiliki semangat orang jawa (spirit of java)
dimana ia mampu mengubah wajah dari kota Solo. Dari keberhasilannya
itulah ia mulai banyak dikenal orang.
Gambar Presiden Jokowi sedang tersenyum (09/06). Mobogine.com |
Karier politik Jokowi dimulai pada tahun
2005, ia menjabat sebagai walikota Solo. Dengan pengalaman yang didapatkan di
masa mudanya, Ia mulai mengubah penataan kota yang buruk dan menghadapi
berbagai penolakan masyarakat yang ingin ditertibkanya dengan melaui
pendekatan-pendekatan yang “memanusiakan manusia” dan kemampuan komunikasi politik Jokowi yang
begitu berbeda dengan pemimpin-pemimpin sebelumnya, yang kemudian menjadikannya
sebuah kajian riset mahasiswa pascasarjana Universitas Undiksha. Kemudian pada
tahun 2012 ia diminta sebagai mencalonkan diri sebagai gubernur DKI Jakarta dan
diusung oleh partai PDI-P. Tahun 2014, sosok wong cilik yang dikenal dengan
gaya blusukannya ini secara resmi dilantik menjadi presiden Republik Indonesia
ke-7. Ketika Jokowi dilantik sebagi presiden, banyak masyarakat yang ikut
merayakannya. Tidak hanya dari tim suksesnya saja, melainkan kalangan bawah
juga ikut merayakan pengangkatan presiden ke-7 ini didalam pesta demokrasi.
Presiden Jokowi menegaskan sikap politik untuk
memimpin Indonesia dengan kekayaan manusia, budaya, pluralistic supaya tidak
kehilangan arah dalam mengejawantahkan UUD dan makna pancasila ini tercermin
dalam pernyataan beliau “Saya
sebagai seorang Presiden juga harus punya ideologi jelas, apa itu? Berdaulat,
berdikari dan berkepribadian. Ideologi kita sama, Pancasila, tetapi cara penerapannya
berbeda. Ada yang lewat gerakan perubahan restorasi Indonesia, ada yang lewat
cara cara lain. Seorang pemimpin baik di kota, kabupaten, gubernur provinsi,
tingkat nasional, memimpin itu harus punya ideologi. Harus ada ideologinya.
Tanpa itu kita tak punya arah
(ID, 0617)
0 komentar:
Posting Komentar